Perpustakaan harus menjadi air bening yang dapat masuk ke sela-sela terkecil dan seorang petani yang meskipun kurang diapresiasi namun tetap melakukan pekerjaan yang luar biasa.
Demikian disampaikan oleh Pegiat Literasi, Yoyon Suryono, saat menjadi salah satu narasumber pada kegiatan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat di Kabupaten Majalengka dengan tema “Perpustakaan Nasional Menuju Transformasi Digital untuk Membentuk Ekosistem Digital Nasional” yang diselenggarakan secara hybrid, Selasa (04/01/2022).
Yoyon mengatakan sejatinya Majalengka sudah maju sejak lama. Terbukti dengan kehadiran sosok Sastrawan, Ajip Rosidi, seorang tokoh yang menjadi contoh untuk generasi feodal yang tidak mungkin beprestasi tanpa membaca. Upaya untuk meningkatkan literasi masyarakat lintas generasi harus terus dilakukan terutama di era digital saat ini.
“Generasi Alpha itu dalam satu hari bermain gadget lebih dari tiga jam. Pertama untuk bermain game, lalu medsos, dan baru belajar. Sehingga di era digital ini perpustakaan harus mencari cara untuk lebih banyak menggugah konten yang isinya pembelajaran. Tanpa perpustakaan kita tidak akan pernah maju,” urai Yoyon.
Pada kesempatan yang sama Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, Muhammad Syarif Bando, menjelaskan literasi tidak lagi tentang kemampuan membaca dan menulis namun lebih ke pada kemampuan dalam menciptakan barang dan jasa yang bermutu untuk kemudian dikompetisikan secara global. Untuk itu, seluruh masyarakat harus didorong untuk meningkatkan kualitas pengetahuan mereka dengan membaca.
Syarif Bando lebih lanjut menyampaikan bahwa hanya 10% penduduk Indonesia yang terjun ke masyarakat dengan ijazah perguruan tinggi, sedangkan 90% sisanya dengan latar belakang SLTA dan bahkan lebih rendah. Literasi adalah kunci untuk membangun bangsa dan hal tersebut perlu didukung dengan sarana yang memadai.
“Berapapun dana yang digelontorkan negara untuk infrastruktur pasti akan habis tapi tidak berlaku untuk ilmu pengetahuan. Negara akan maju dengan literasi. Maka dari itu, dibutuhkan kerja keras dan komitmen tinggi dari seluruh stakeholders untuk memotivasi masyarakat agar gemar membaca,” ucap Syarif Bando.
Bupati Majalengka, Karna Sobahi dan Wakil Bupati, Tarsono D. Mardiana, sependapat bahwa kemampuan membaca bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Majalengka. Sehingga kegiatan yang dirangkaian dengan Peresmian Gedung Fasilitas Layanan Perpustakaan Kabupaten Majalengka ini juga diharapkan mampu mewujudkan visi Kabupaten Majalengka dalam mencapai masyarakat yang religius, adil, harmonis, dan sejahtera (RAHARJA). Pembangunan gedung yang menghabiskan biaya senilai Rp. 10 Miliar dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Subbidang Perpustakaan digadang sebagai sentra pembelajaran masyarakat.
Mengingat bahwa meningkatkan minat budaya baca merupakan tugas bersama, maka Ketua DPRD Kabupaten Majalengka, Edy Anas Djunaedi, menyatakan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Majalengka Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perpustakaan sudah diselesaikan.
“Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Majalengka Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perpustakaan adalah inisiatif DPRD Kabupaten Majalengka dan sudah diundangkan pada tanggal 21 Oktober 2021,” ungkap Edy.
Sementara itu, Direktur Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas, Amich Alhumamih, menegaskan bahwa literasi memberi sumbangan yang sangat besar untuk kesejahteraan. Bappenas melihat urgensi akan kebutuhan perpustakaan berpendapat Perpusnas harus diberikan alokasi yang cukup untuk mendukung pembangunan program literasi untuk kesejahteraan.
“Literasi memberi sumbangan yang sangat besar untuk kesejahteraan, sehingga harus didukung dengan penyediaan infrastruktur sosial dalam bentuk gedung perpustakaan,” pungkas Amich.
Reporter: Basma Sartika
Sumber : perpusnas.go.id