Jakarta—Pada masa pandemi Covid-19, peluang perpustakaan digital dalam mendukung dunia pendidikan, semakin besar.
Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi, Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Ofy Sofiana, menyatakan selama pandemi, layanan pendidikan berbasis daring dan akses informasi digital akibat keterbatasan mobilitas masyarakat, semakin menguat. Mulai dari transformasi ilmu pengetahuan, peningkatan profesionalitas tenaga pendidikan, hingga pengembangan kemampuan peserta didik dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan informasi.
“Pada Pembukaan Musrenbangnas tanggal 4 Mei 2021 yang lalu, Presiden Joko Widodo juga mengemukakan fakta bahwa di bidang Pendidikan, pandemi ini juga mengakselerasi atau mempercepat edutech. Pembelajaran jarak jauh menjadi sebuah kebutuhan menjadi sebuah keniscayaan,” jelasnya saat membuka Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia (KPDI) Tahun 2021 dengan tema Tren, Peluang, dan Ruang Hidup Perpustakaan Digital selama Pandemi Covid-19 yang diselenggarakan Perpustakaan Nasional RI dan Forum Perpustakaan Digital Indonesia, secara daring pada Selasa (30/11/2021).
Ofy menyebut ada delapan peluang yang dapat dimanfaatkan perpustakaan digital. Pertama, integrasi pengetahuan, di mana perpustakaan sebagai media integrasi pengetahuan dan kolaborasi antara ilmuwan secara multidisiplin untuk memperkaya khazanah pengetahuan dan keilmuan. Kedua, visualisasi data. Ketiga, perpustakaan mendokumentasikan dan mengemas dalam format multimedia tacit dan explicit knowledge untuk membangun repositori pengetahuan nasional.
Keempat, teknologi semantic, perpustakaan menggunakan semantic web untuk memudahkan pencarian cerdas pada berbagai sumber pengetahuan bagi masyarakat. Kelima, big data meningkatkan kualitas layanan publik dengan memanfaatkan teknologi big data mining.
“Keenam, perpustakaan juga menyesuaikan perkembangan demografi dan perubahan perilaku dalam akses dan penggunaan pengetahuan. Ketujuh, digitisasi pengetahuan. Kedelapan adalah optimalisasi ruang virtual, meningkatkan penggunaan ruang virtual untuk berbagi dan distribusi informasi dan pengetahuan serupa dengan ruang fisik dalam layanan perpustakaan,” urainya.
Dia menambahkan, pandemi mengubah sudut pandang terhadap cara penyampaian pengetahuan dan penyebaran informasi bagi masyarakat. Ruang digital sangat dibutuhkan, termasuk dalam pemenuhan kebutuhan terhadap informasi. “Menghidupkan segala fasilitas ruang digital perpustakaan, kapabilitas pustakawan, dan semua informasi bentuk digital merupakan modal utama dalam melakukan perubahan digital saat ini,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Layanan Aplikasi Informatika Pemerintahan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Bambang Dwi Anggono, mendorong Perpustakaan Nasional untuk mengembangkan sistem informasi perpustakaan secara nasional sebagai aplikasi umum dengan cara cloud yang merujuk pada standar nasional maupun internasional.
Pusat Data Nasional dapat dimanfaatkan dan dilakukan konsolidasi data perpustakaan secara nasional. “Penetapan Satu Data Perpustakaan Indonesia dan kemudian kerjasama Perpusnas dengan Kominfo dan Perpusda dengan Diskominfo,” tuturnya.
Bambang berharap, Perpusnas dapat menjadi leader dalam penyediaan sistem ini. Menurutnya, integrasi aplikasi terkait pengelolaan perpustakaan ini akan memudahkan masyarakat dalam mengakses layanan perpustakaan, sehingga pelayanan menjadi lebih meningkat. Kelebihan aplikasi umum ini yakni efisiensi tinggi, sistem manajemen konten akan lebih terpadu, dan kekayaan intelektual lebih tergali. “Harapannya masyarakat bisa men-download satu aplikasi saja secara nasional baik melalui Play Store, App Store. Di dalamnya sudah banyak konten perpustakaan,” tukasnya.
Sementara itu, inisiator Indonesia OneSearch (IOS), Ismail Fahmi, menjelaskan selama pandemi Covid-19, pengunjung situs IOS meningkat pesat dibandingkan sebelum pandemi. Repositori pencarian tunggal untuk koleksi publik perpustakaan, museum, dan arsip di seluruh Indonesia tersebut mencatat kenaikan sebesar 4,5 juta selama November 2019 hingga November 2020, dengan total pengunjung 9,2 juta. Sementara pada November 2020 hingga November 2021, tercatat kenaikan hingga 8,1 juta dengan total pengunjung 17,4 juta.
Berdasarkan analisisnya, pengunjung paling banyak mengakses koleksi nondigital yakni buku fisik. Dia menilai hal ini sebagai kesempatan dan pekerjaan rumah bagi perpustakaan di seluruh Indonesia. Harus dipikirkan agar perpustakaan lebih kreatif dalam memberikan layanan koleksi fisik kepada masyarakat.
“Karena ini resources yang kita punya dan ini juga banyak diakses oleh pengguna. Beberapa saya lihat di Tiongkok dan Italia, mereka melakukan digitalisasi buku. Mungkin sebagian didigitalkan sehingga buku yang jumlahnya sedikit itu, bisa dikirim. Jadi mereka bisa tetap memberikan layanan jarak jauh terhadap koleksi fisiknya,” pungkasnya.
Reporter: Hanna Meinita
Sumber : perpusnas.go.id