Salemba, Jakarta—Pengembangan budaya baca dan literasi memang tidak bisa lepas dari peran pustakawan. Pustakawan adalah penggerak utama yang bukan hanya melayani koleksi buku saja, tetapi mendampingi dan membimbing masyarakat untuk menanamkan budaya baca dan kemampuan literasi. Pengembangan budaya gemar membaca dan literasi merupakan salah satu proyek prioritas nasional pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Menyadari upaya ke arah sana tidak mudah, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) bersama organisasi Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) berkolaborasi melakukan pemetaan masalah dan langkah inovasi sebagai solusi meningkatkan kegemaran budaya baca dan literasi.
“Peran IPI di Indonesia menjadi sangat penting, karena sumber daya manusia di perpustakaan perlu dikembangkan dan dilindungi, sehingga pustakawan di Indonesia dapat fokus dalam mengelola perpustakaan sebagai upaya dalam peningkatan budaya baca dan literasi masyarakat,” jelas Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Deni Kurniadi pada kesempatan Webinar Peran Organisasi IPI Dalam Meningkatkan Budaya Baca dan Literasi Masyarakat pada Jum’at, (2/10).
Strategi untuk meningkatkan kemampuan literasi adalah dengan menumbuhkan minat membaca dan menulis. Membuat masyarakat akrab dengan lingkungan perpustakaan merupakan langkah awal dalam menumbuhkan kegemaran membaca dan bekal pengembangan literasi. Perpusnas mengakui IPI sudah banyak membantu meningkatkan kemampuan para pustakawan. Menjadikan pustakawan sebagai profesi yang dihargai dan profesi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara maksimal.
“Pustakawan adalah pendorong utama pengembangan budaya baca karena merupakan salah satu pilar dalam membangun cognitive skill seseorang sehingga kreativitas, inovasi dan produktivitas masyarakat meningkat,” tambah Deni.
Kekonsistenan Cognitive skill membantu masyarakat agar tidak menjadi timpang dalam upayanya memenuhi kebutuhan hidup yang mendasar. Kemiskinan itu disebabkan sejumlah hal, diantaranya karena kurang keterhubungan (connectivity) terhadap akses pengetahuan dan informasi, tidak tersedianya sumber dan bahan pengetahuan dan informasi yang berkualitas (content), hingga ketidakmampuan seseorang dalam mendapatkan pengetahuan dan informasi yang berguna.
“Literasi merupakan faktor esensial dalam upaya membangun fondasi yang kokoh bagi terciptanya masyarakat berpengetahuan dan berkarakter. Literasi memiliki kontribusi yang positif,” beber Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca Perpusnas Adin Bondar.
Hal yang tidak kalah penting disampaikan Pustakawan Utama Perpusnas Dedi Junaedi yang mengatakan bahwa cakap berliterasi dimaksudkan agar seseorang tidak terjebak dalam tempurung informasi (filter bubble). Apalagi ketika bersentuhan dengan media sosial, dimana masyarakat akan cenderung mendapatkan informasi yang tidak berimbang. Hal ini dikarenakan, setiap aplikasi media sosial memiliki algoritma tertentu yang mampu menyesuaikan kesukaan penggunanya.
“Inilah yang menyebabkan terjadinya pemecah kesatuan akibat adanya polarisasi,” jelas Dedi Junaedi.
Kecakapan literasi wajib dipunyai para pustakawan. Di tengah era teknologi informasi dan komunikasi yang cepat, kemampuan pustakawan mengemas ulang pengetahuan menjadi keharusan. Pengetahuan akan berdaya guna jika dipelajari dan disebarluaskan.
Namun, Dedi mengingatkan seorang pustakawan harus berprinsip menjadi pembelajar sepanjang hayat karena ilmu pengetahuan akan terus berkembang.
“Tetaplah bersikap rendah hati (low profile), berkomitmen mengajak masyarakat ke arah lebih baik dengan memaksimalkan segenap potensi yang dimiliki,” pesan Dedi.
IPI mitra kerja pemerintah (Perpusnas-red) secara khusus mendukung peran perpustakaan dalam meningkatkan kualitas layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial dan pembudayaan kegemaran membaca serta peningkatan kualitas pengelola perpustakaan.
“Program peningkatan kompetensi pustakawan terus dilakukan IPI demi mendukung misi peningkatan literasi dan budaya baca,” pungkas Ketua Umum PP IPI, T. Syamsul Bahri.
Reportase : Hartoyo Darmawan
Sumber : perpusnas.go.id